Tahun kemenangan Indonesia merupakan tahun dimana sistem pemerintahan Indonesia lebih stabil
dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini merupakan tahun yang terbaik setelah
terjadi banyak revolusi yang dimulai dari Revolusi Formil pada tanggal 17
agustus 1945. Kemudian Revolusi yang kedua pada yaitu saat pengakuan kedaulatan
pada akhir tahun 1949. Kemudian yang ketika tiga yaitu saat terjadi
penyelewengan-penyelewangan pada tahun 1957 yang kemudian menimbulkan aksi untuk
membendung dan menghentikan penyelewengan tersebut yang kemudian disebut dengan
“tahun ketentuan” atau “a year of decision”. Kemudian yang keempat saat-saat
tahun 1959 saat dimana Pemerintah tidak hanya mengatasi masalah penyelewengan
tetapi juga telah kembali menemukan revolusi yang kemudian disebut dengan
“tahun penemuan kembali revolusi” atau “rediscover our revolutions” dan memberi
landasan yang teguh kepada Bangsa Indonesia berupa Manipol-USDEK (Manifesto Politik / UUD 1945, Sosialisme
Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia
yang oleh Soekarno sebagai haluan dari pada Negara Republik Indonesia maka harus
dijunjung tinggi, dipupuk, dan dijalankan oleh semua bangsa Indonesia). Kemudian pada tahun
1962 yaitu sebagai tahun kemenangan kelima dimana bangsa indonesia telah
mencapai revolusi yang berideologi, revolusi yang berkonsepsi, revolsi yang
tidak bergantung, revolusi yang berlandasan manipol-USDEK. Yang artinya tidak
mungkin akan mencapai kemenangan ketika masih tetap Berliberalis, tetap
bermulti-party-syastem, tetap tanpa kemudi, tetap tanpa bimbingan ide sosialisme.
Tanpa adanya RESOPIM (Revolusi, Sosialisme, Pimpinan Nasional) juga bangsa Indonesia tidak akan mencapai cita-cita dalam tahun
1962 ini yang mempunyai makna bahwa bangsa Indonesia hanya bejuang, hanya
bersemangat, hanya berkorban dan hanya membanting tulang saja tanpa mencapai
hasil yang maksimal yang mengagumkan bagi seluruh dunia. Sebelum revolusi
ber-Manipol-USDEK ini bangsa Indonesia melakukan revolusi hanya untuk mengusir
kekuasaan Belanda dari Indonesia dan ketika kekuasaan Belanda terusir dari bumi
Indonesia, revolusi Indonesia yang tanpa arah, satu revolusi yang bolong dan
dimasuki kompromis-kompromis dan penyeleweng-penyeleweng.
Bentuk – bentuk kemenangan yang dicapai pada
tahun 1962 bermulai dari penyusunan kabinet kerja yang terang-gamblang dan tegas-jelas dan yang benar-benar mencerminkan
kebutuhan pokok Rakyat Indonesia dalam jangka pendek yaitu sandang-pangan,
keamanan dan anti Imperalisme yang kemudian disebut sebagai Triporgram
Pemerintah (Tri
Program Kabinet Kerja meliputi masalah-masalah sandang pangan, keamanan dalam
negeri, dan pengembalian Irian Barat). Selama bangsa Indonesia berjuang dengan landasan Nasional, tiga
program tersebut pasti akan terwujud seperti slogan dari sang revolusioner
“yang sukar kita selesaikan sekarang, yang tidak mungkin kita selesaikan besok”.
Tahun kemenangnan ini tentunya perlu di konsolidasi dan distabilisasi agar benih-benih
liberal dan parlementer serta anti republik dapat di Bumi hanguskan dari sistem
pemerintahan Indonesia. Konsolidasi dan distabilisasi tersebut meliputi:
- Rehabilitasi dari Aparatur Negara yang telah rusak dan kacau sebagai akibat dari gangguan keamanan, dan usaha itu dilandaskan pada jiwa USDEK.
- Rehabilitasi materiil, personil, mental dan Phisik, Sosial-Ekonomi, didaerah-daerah yang bertahun-tahun telah menderita akibat gangguan keamanan.
- Mensukseskan Triprogram pemerintahan dan manipol pada umumnya.
Pembebasan Irian Barat juga merupakan suatu
keharusan karena persamaan satu bangsa yang mempunyai dasar jiwa yang sama,
satu bangsa yang mempunya prinsip yang sama dan sebagai tahan air kita dan itu
merupakan suatu kewajiban yang suci bangsa Indonesia untuk merebut kembali
Irian Barat dari tangan Belanda. Penyerahan Irian Barat yang diundur-undur ini
membuat Soekarno naik pitam dan melancarkan politik Konfrontasi dalam segala
bidang baik dalam bidang ekonomi dan juga gempuran-gempuran dalam bidang militer.
Namun tidak semerta-merta Soekarno untuk langsung membumi hanguskan Belanda
dari Irian Barat. Politik Konfrontasi tersebut harus disertai uluran tangan
dimana palu godam yang siap menghantam namun tetap disertai jabatan tangan
untuk persahabatan. Politik ini yang kemudian melahirkan Trikora:
- Gagalkan pembentukan "Negara Papua" bikinan Belanda kolonial
- Kibarkan sang merah putih di Irian Barat tanah air Indonesia
- Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa) yang berisi ajakan untuk memebebaskan Irian Barat dari tangan Belanda.
1.
Pemerintahan atas Irian Barat
harus diserahkan kepada Republik Indonesia.
2. Sesudah sekian tahun dibawah
Pemerintahan Republik, maka rakyat Irian Barat diberi kesempatan untuk
menentukan sendiri secara bebas nasibnya, tetap terus didalam Republik
Indonesia? Atau memisahkan diri dari Republik Indonesia?
3. Pelaksanaan penyerahan
Pemerintahan di Irian Barat akan diselesaikan dalam waktu dua tahun.
4.
Untuk menghindari bahwa
kekuatan-kekuatan Indonesia langsung berhadap-hadapan dengan kekuatan Belanda,
diadakan waktu-peralihan di bawah kekuasaan P.B.B. waktu-peralihan P.B.B ini
akan berlaku satu tahun lamanya, diperlukan untuk memulangkan seluruh angkatan
perang Belanda dan seluruh pegawai Belanda dari Irian Barat ke Nederland.
Rencana tersebut diterima Belanda
dengan rasa tak senang karena merasa dirugikan dalam perundingan tersebut.
Menilik dari rasa tak senang tersebut yang kemudian membuat Soekarno mengutus
para mentri untuk datang ke Washington untuk membuat sebuah deklarasi
“pengertian bersama sementara antara Indonessia dan Belanda”. Deklarasi ini
digunakan untuk meminimalisir adanya kesalahpahaman yang ditimbulkan dari Rencana Bungker tersebut. Isi dari
pengertian bersama ini adalah :
1. Sesudah ratifikasi oleh
Indonesia, Belanda dan PBB, maka
selambat-lambatnya 1 Oktober 1962 pengusa PBB akan tiba di Irian Barat untuk
mengoper pemerintahan dari tangan Belanda.
2.
Mulai saat itu, penguasa PBB
akan memakai tenaga republik Indonesia(baik sipil maupun alat keamanan),
bersama dengan alat-alat yang sudah ada di Irian Barat yang terdiri dari
putra-putri Irian Barat dan sisi-sisa dari pegawai Belanda.
3.
Paratroop-paratroop kita tetap
tinggal di Irian Barat, dibawah kekuasaan Administratif PBB
4.
Angkatan Perang Belanda mulai
saat itu juga berangsur dipulangkan ke negeri Belanda. Yang belum pulang, akan
di taruh dalam pengawasan PBB dan tidak boleh dipakai dalam operasi militer.
5.
Antara Irian Barat dan daerah
Republik Indonesia lainnya adalah lalulintas bebas
6.
Tanggal 1 Januari 1963, atau 31
Desember 1963 bendera Sang Merah Putih secara resmi akan dikibarkan disamping
bendera PBB
7.
Pemulangan Angkatan Perang
Belanda dan pegawai Belanda harus selai pada tanggal 1 Mei 1963 dan sebentar
sesudah itu Pemerintah Republik Indonesia secara resmi mengoper Pemerintahan di
Irian Barat. Dari tangan PBB ke tangan Indonesia.
Ajaran Belanda tentang liberalisme
juga ditentang dengan keras oleh Soekarno karna pandangan Soekarno bahwa
liberalisme hanya akan menjadi negara boneka dari Belanda. Paham tentang
Republik harus dilekatkan pada sanubari Bangsa Indonesia agar ketika Belanda
datang dengan Propaganda Liberalismenya bangsa ini dengan sigap mengatakan
tidak. Bangsa ini harus paham dengan Republik agar benih-benih propaganda
Liberalisme Belanda yang masih tinggal di Indonesia kembali tersadar dan
menjadi pro-Republik serta kembali mengabdi ke Indonesia. Dengan paham yang
demikian akan adanya satu harapan, bahwa kali ini pihak belanda
bersungguh-sungguh secara jujur melaksanakan persetujuan yang dicapai itu karena
selama berabad-abad bersengketa dengan Belanda dan hanya menimbulkan ceceran
darah perjuangan. Penyelesaian sengketa ini juga harus dengan damai tidak
secara Renville dan tidak secara Linggarjati agar kelak hubungan
Indonesia-Belanda dapat berlangsung dengan baik.
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentarnya